Rabu, 10 April 2013

CINTA DALAM DIAM

surat
Engkaulah getar pertama yang meruntuhkan
gerbang tak berujungku mengenal hidup, Engkaulah tetes embun pertama yang menyesatkan
dahagaku dalam cinta tak bermuara
Engkaulah matahari firdausku yang menyinari
kata pertama di cakrawala aksara, Kau hadir dalam ketiadaan
Sederhana dalam ketidakmengertian, gerakmu tiada pasti
Namun, aku terus disini, Mencintaimu… 
Entah kenapa
Sudah lama saya tidak menulis, menulis jiwa melow saya yang sering kesirep dengan hal hal yang melelehkan sungai di ujung mata, kali ini saya ingin menulis tentang cinta dalam diam, cinta yang tidak diketahui oleh orang yang kita cintai, cinta yang tak harus berucap cinta, cinta ini hanya mengenal kata rindu, yang jusru rasanya lebih dalam dari yang seharusnya terucap, diam karena takut dengan azab ALLAH yang mengharamkan pacaran, diam karena menjaga mulianya diri, diam karena dia tahu bahwa urusan hati adalah milik dia dengan ALLAH jadi cukup hanya ALLAH yang tahu, inilah yang dimaksud dengan tidak hanya menghijabkan diri, tapi juga menghijabkan hati, hatinya terjaga dari hal hal yang diharamkan ALLAH, subhanallah
Jujur, saya mungkin tak akan sanggup melakukan ini, kalau saya jatuh cinta maka saya akan bilang keorangnya kalau engga nanti beku hati saya, padahal kalau kemudian dia gak mau sama saya, kan kusut tuh urusan, jadi mending diam memang, biarkan ALLAH yang menentukan bagaimana kisah cinta dalam diam ini selanjutanya… :)
Saya kutip sebuah surat dari sahabatnya sahabat saya yang bulan lalu menikahi cinta dalam diamnya *siapkan tisu* hehehe :) surat ini dia buat jauh sebelum dia tahu siapa jodohnya, ehmmm silahkan menyimak dear :)
Assalamualaikum warahmatullah wabarakattuh
Hai puanku, bila saatnya tiba kau baca surat cintaku ini, aku hanya berharap di hari saat dimana kau kecup punggung tanganku untuk yang pertama kali di hadapan penghulu, para saksi, orang tua kita, saudaramu, saudaraku, sahabatmu, sahabatku, adalah simbol cintamu yang akan selalu ada disisiku sampai Izrail menghampiri kita.
Perempuanku, jangan kaget bila aku menuliskan surat cinta ini jauh dari hari saat kau membacanya. Saat aku belum melihat paras cantikmu, saat aku belum mengenal akhlak muliamu, saat aku belum tahu namamu. Jangan khawatir sayang, dulu kita sudah bertemu. Saat di alam ruh. Allah telah memilihkan kamu untuk menjadi istriku, saat empat bulan masa kandunganku di dalam perut ibu. Sejak saat itu namamu sudah disandingkan di sebelah namaku. Sejak saat itu aku sudah mencintaimu.
Cantik, selain mahar yang kau minta saat pernikahan kita. Aku ingin berikan kau satu lagi: sebuah mukjizat Nabi terakhir. Alquranul Karim, yang akan selalu kau baca dengan suara merdumu, sebagai pelepas lelahku sepulang aku bekerja. Alquranul Karim, yang akan kau ajarkan betapa indah lantunan ayat – ayat suci kepada anak – anak kita nanti. Alquranul Karim, yang akan kau baca tepat disampingku nanti, saat aku terkulai lemah tak lagi berarti walau hanya untuk menjentikan jari. Alquranul Karim, yang akan selalu kau bawa dan kau baca tepat di samping nisanku nanti apabila Izrail menjemputku lebih dulu.
Tetap bacakan untukku walau seayat sayang, aku pasti akan merindukan suara bidadariku bernyanyi: Kau mengaji. Sayang, mungkin aku tak lebih hebat dari ayahmu dalam menjagamu. Aku tak segagah ia melindungi dirimu, mempertahankanmu dari para pria yang menginginkanmu darinya, termasuk aku yang akhirnya ia percayakan sebagai penggantinya untuk menjagamu. Tapi puanku, percayalah. Kaulah alasanku untuk belajar menjadi pria yang kuat. Pria yang rela walau harus sampai mati melindungimu, demi menjaga hatimu, kehormatanmu juga ragamu. Dinginnya malam sekali pun tak akan aku biarkan mengigit kulit indahmu sayang.
Kasih, tenanglah. Saat aku telah menjadi imammu nanti, tak akan pernah berhenti aku mencari rezeki. Selama masih keluar keringat kuperas dari tubuhku, selama masih kuat kubanting tulang punggungku, aku akan terus menafkahimu. Tak akan kubiarkan kau dan anak – anak kita kelaparan dan kehausan. Kupastikan kalian tak akan pernah kekurangan cintaku, sayang.
Bidadariku, aku tahu perjalanan bahtera kita tak akan selalu berlangit cerah. Syaitan pun tak kan pernah berhenti merusak hidup manusia sampai kiamat tiba. Maka ingatkanlah aku dengan kelembutan hatimu, agar tak ada hal lain yang kulakukan untukmu selain mencintaimu dan melindungimu. Sungguh aku tahu wanita itu tercipta dari tulang rusuk pria yang paling bengkok. Maka tak akan kupaksa ‘tuk luruskan engkau hingga patah, dan tak akan pula kubiarkan engkau tetap bengkok. Islam yang akan selalu menuntunku bagaimana seharusnya aku memperlakukanmu.
Sayang percayalah, aku akan selalu mencintaimu di tiap waktuku. Aku akan tetap menciummu, meski pipimu tak lagi sekencang dulu, meski keriput tlah menggarisi keningmu. Aku akan tetap membelai rambutmu, meski putih telah memakan habis hitamnya yang indah. Aku akan tetap memelukmu, meski bungkuk badanmu dan ringkih tubuhmu, aku akan tetap memelukmu.
Berjanjilah cinta, apabila tiba saatnya Izrail memamerkan surga dan neraka di kedua sayapnya di hadapanku. Jangan pernah berhenti bisikkan nama Allah di telingaku, jangan pernah kau lepas genggaman tanganku dan jangan dulu jatuhkan air matamu sebelum malaikat benar – benar mencabut ruh dari ragaku. Sudah kubilang: Apalah arti dunia jika aku melihat air matamu.
Tenanglah kasih, batu nisan memang akan pisahkan dunia kita nanti, tapi dia tak akan mampu pisahkan cinta kita. Aku mencintaimu tak hanya di dunia.
Semoga Allah mengabulkan doa di tiap sujudku, agar pernikahan kita tak hanya dilanggengkan di dunia, tapi juga diabadikan di taman surgaNya. Amin…
Aku mencintaimu karena Allah, bidadari surgaku
Calon Imam hidupmu
Andai, ada satu lagi laki laki yang mampu menulis surat cinta seindah ini, semoga saya mendapatkan orangnya :) tapi kata sahabat saya yang cowok, “surat diatas koq kedengeran gombal ya De? nah!!! ” mungkin perempuan memang senang digombalin yah, hehehe

 Sumber: http://rinduku.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar